olo - Cerita rakyat di Indonesia terbilang sangat banyak dan beragam. Tiap sudut daerahnya pasti memiliki cerita rakyat.
Pulau Jawa yang menjadi pulau dengan penghuni yang paling banyak se-Indonesia pastinya memiliki cerita rakyat yang telah menjadi warisan budaya. Dari semua cerita rakyat di pulau Jawa, pastinya ada beberapa cerita rakyat yang sangat terkenal.
Berikut cerita rakyat yang terkenal dari berbagai daerah di pulau Jawa dikutip dari laman Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kemendikbudristek RI, MTSN 4 Sidoarjo, SMK Ratna Wartha Ubud, dan Perpustakaan Universitas Telkom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Perbedaan Mitos, Legenda, dan Takhayul Lengkap dengan Contohnya
Kumpulan Cerita Rakyat di Pulau Jawa
1. Sangkuriang
Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda kuat bernama Sangkuriang yang jatuh cinta pada Dayang Sumbi, ibu kandungnya, dan berkeinginan untuk menikahinya. Untuk memenuhi permintaan Dayang Sumbi, Sangkuriang diminta untuk membangun sebuah perahu dalam waktu semalam.
Meskipun hampir berhasil menyelesaikan tugas tersebut, usahanya digagalkan oleh Dayang Sumbi yang memaksa ayam berkokok pada saat malam masih gelap. Karena marah, Sangkuriang menendang perahu yang sedang dibuatnya hingga berubah menjadi gunung yang dikenal sebagai Tangkuban Parahu.
ADVERTISEMENT
Dia kemudian mengejar Dayang Sumbi yang berubah menjadi bukit, namun akhirnya kehilangan jejak dan menghilang ke alam gaib.
2. Situ Bagendit
Cerita rakyat Situ Bagendit menceritakan tentang asal-usul danau Bagendit. Pada masa lampau, ada seorang janda kaya bernama Nyai Bagendit yang sangat pelit dan kejam terhadap orang di sekitarnya. Suatu hari, Nyai Bagendit menolak membantu seorang kakek pengembara yang haus dengan sikap kasar, yang membuat Sang Kakek marah.
Sang Kakek kemudian menciptakan banjir besar yang menenggelamkan Nyai Bagendit beserta seluruh kekayaannya. Akibatnya, terbentuklah Danau Bagendit, yang menjadi pelajaran bagi kita untuk menghindari sifat pelit dan sombong.
3. Misteri Telaga Warna
Cerita rakyat Telaga Warna bermula dari kisah Ratu Purbamanah dan Prabu Swarnalaya, penguasa Kuta Tanggeuhan, yang sangat ingin memiliki seorang anak. Akhirnya, Sang Ratu hamil dan melahirkan seorang putri yang diberi nama Dewi Kuncung Biru.
Putri ini terkenal rakus dan manja selama hidupnya. Pada usia 17 tahun, ia menginginkan sebuah pesta mewah, dan rakyat yang sangat mencintainya memberikan harta bendanya dengan penuh sukacita. Namun, semua pemberian itu ditolak dengan kasar oleh Tuan Putri hanya karena tidak memenuhi selera estetikanya.
Akibatnya, langit menjadi gelap dan hujan deras turun, menyebabkan Kuta Tanggeuhan tenggelam dan menjadi Telaga Warna. Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa keserakahan bisa memiliki dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain.
4. Si Kabayan
Cerita ini mengisahkan tentang seorang pria malas bernama Kabayan yang gemar tidur dan bermimpi. Suatu hari, istri Kabayan meminta dia pergi mencari siput di sawah. Meskipun pergi, Kabayan tak kunjung pulang bahkan saat matahari hampir terbenam.
Istri Kabayan, Iteung, cemas dan mencari Kabayan di sawah. Di sana, dia menemukan Kabayan sedang mengorek tutut dari tepi sawah. Meskipun Iteung mendorongnya agar turun ke dalam sawah, Kabayan menolak karena merasa takut dengan kedalaman sawah tersebut. Akhirnya, dengan putus asa, Iteung mendorongnya hingga basah kuyup.
Pesan moral yang dapat diambil dari cerita ini adalah pentingnya memiliki keberanian untuk berkorban demi kelangsungan hidup. Jika kita enggan berusaha dan berkorban, maka kita tidak akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Ciung Wanara
Ciung Wanara adalah kisah tentang seorang Raja dari Kerajaan Galuh bernama Ciung Wanara. Awalnya, ia adalah seorang pangeran yang diusir, namun dengan perjuangannya, ia berhasil merebut takhta Kerajaan Galuh. Ketika menjadi raja, dendam dan kemarahan membuatnya kehilangan cahaya hatinya, sehingga ia bersedia berperang dengan saudaranya sendiri yang juga seorang raja.
Namun, pada akhirnya, ia memutuskan untuk menghentikan peperangan karena menyadari bahwa konflik hanya akan merugikan masyarakat yang tak bersalah, dan kekuasaan seharusnya digunakan untuk kebaikan. Ciung Wanara belajar tentang pentingnya kesetiaan, keadilan, dan pengorbanan. Dengan bijaksana dan berani, ia berjanji untuk memimpin rakyatnya menuju masa depan yang lebih baik.
Kisah ini mengajarkan bahwa hubungan saudara tidak boleh dipenuhi dengan permusuhan, melainkan dengan kasih sayang dan kedamaian. Selain itu, pesan moral lainnya adalah bahwa seorang pemimpin harus memiliki kearifan sehingga dapat membawa rakyatnya menuju kemakmuran.
6. Purbasari dan Purbararang (Lutung Kasarung)
Cerita Purbasari dan Purbararang mengisahkan tentang kedua saudara perempuan, Purbasari yang baik hati dan Purbararang yang penuh dengki. Saat Raja Prabu Tapa Agung memilih Purbasari sebagai ratu, Purbararang merasa iri dan berdendam. Dengan bantuan seorang penyihir, Purbararang mengutuk Purbasari sehingga tubuhnya dipenuhi bintik hitam dan diusir ke hutan. Di sana, Purbasari bertemu dengan seekor kera misterius bernama Lutung Kasarung, yang membantunya menghilangkan kutukan tersebut.
Setelah sembuh, Purbasari dan Lutung Kasarung kembali ke istana. Purbararang menuntut agar menjadi ratu harus memiliki suami tampan. Lutung Kasarung kemudian mengubah dirinya menjadi seorang pangeran tampan. Hal ini membuat Purbararang sadar akan kesalahannya dan meminta maaf. Purbasari memaafkannya, dan akhirnya menjadi ratu bersama pangeran tampan tersebut.
Pesan moral dari cerita ini adalah tentang pentingnya memiliki hati yang baik, menghindari rasa dengki, dan tidak menyakiti orang lain karena Tuhan tidak menyukai sikap dengki.
7. Kera Sakti
Legenda ini bercerita tentang seorang Kera yang memiliki kekuatan luar biasa, namun tidak disukai oleh para dewa karena ia tidak menyukai buah-buahan, melainkan lebih suka memakan bintang-bintang di langit. Meskipun begitu, kera tersebut sebenarnya memiliki sifat yang baik dan sering membantu orang yang tersesat di Gunung Slamet, tempat tinggalnya. Terkadang, ia juga membantu pendaki Gunung Slamet yang terancam oleh binatang buas.
Namun, karena tidak disukai oleh para dewa, kera tersebut sering kali mengalami serangan. Suatu hari, Semar dan ketiga anaknya diutus oleh para dewa untuk memberi pelajaran kepada Kera Sakti. Mereka memberikan pelajaran dengan mematahkan puncak Gunung Slamet agar kera tersebut tidak bisa lagi mencapai bintang-bintang. Meskipun marah, kera tersebut berhasil menghadapi serangan tersebut.
Namun, setelah berhasil, kera tersebut lemas karena kelaparan dan kehausan. Ketika ia menemukan sebuah guci berisi air, ia minum darinya tanpa menyadari bahwa itu adalah racun yang disediakan oleh Semar dan ketiga anaknya untuk menghabisinya. Akibatnya, kera tersebut mengalami penderitaan yang tak tertahankan dan akhirnya meninggal setelah disudahi oleh Semar dan anak-anaknya.
Pesan moral yang dapat dipetik dari legenda ini adalah bahwa meskipun kita mungkin diperlakukan buruk oleh orang lain, kita tetap harus menjalani hidup dengan ikhlas dan melakukan yang terbaik. Mungkin Tuhan telah menakdirkan kita bertemu dengan orang-orang seperti itu, dan sikap ikhlas adalah kunci untuk menghadapi cobaan tersebut.
8. Candi Prambanan (Roro Jonggrang)
Di Desa Prambanan, Kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Baka terguling oleh Kerajaan Pengging di bawah pimpinan Bandung Bondowoso. Prabu Baka tewas di medan perang, dibunuh oleh Bandung Bondowoso yang sangat sakti. Bandung Bondowoso kemudian mengambil alih Istana Prambanan. Ketika melihat kecantikan putri Prabu Baka, Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso ingin memperistrianya.
Namun, Roro Jonggrang menolak karena mengetahui Bandung Bondowoso sebagai pembunuh ayahnya. Untuk menolaknya, Roro Jonggrang meminta agar dibuatkan 1.000 candi dan dua sumur dalam semalam. Bandung Bondowoso setuju dan meminta bantuan roh halus.
Namun, menjelang pagi, hampir semua candi selesai dibuat. Roro Jonggrang ketakutan. Untuk menghentikan pembuatan candi, ia memerintahkan warga Desa Prambanan untuk membuat suasana terang dan riuh, membuat roh halus percaya bahwa fajar telah tiba. Bandung Bondowoso marah karena gagal dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca.
Batu arca Roro Jonggrang diletakkan di Candi Roro Jonggrang, sementara candi-candi di sekitarnya disebut Candi Sewu meskipun jumlahnya belum mencapai 1.000.
9. Rawa Pening
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak yang memiliki kesaktian. Namun, kehebatannya membuat seorang penyihir jahat iri dan menyihirnya, menyebabkan tubuhnya dipenuhi luka dengan bau yang tidak sedap. Kondisinya membuat orang-orang menjauhinya karena takut tertular.
Anak itu bermimpi bertemu dengan seorang perempuan tua yang bisa menyembuhkannya. Ia berkelana mencari perempuan tua tersebut, tetapi selalu ditolak di setiap kampung yang dikunjunginya.
Akhirnya, ia tiba di sebuah kampung yang didominasi oleh orang-orang sombong. Pada sebuah pesta, ia mencoba masuk tetapi malah diusir dan dicaci oleh penduduk. Ia berpesan kepada mereka untuk lebih memperhatikan orang tak mampu, namun malah dianggap anak setan.
Terluka oleh perlakuan mereka, ia menancapkan lidi di tanah dan mengatakan hanya ia yang bisa mencabutnya. Orang-orang mencoba mencabut lidi tersebut tetapi gagal.
Beberapa hari kemudian, anak tersebut secara diam-diam mencabut lidi itu, dan dari tempat itu, muncullah mata air yang mengalir deras, membentuk Telaga Rawa Pening.
Hanya seorang perempuan tua yang baik hati yang selamat dari musibah itu dan merawat anak itu hingga sembuh. Namun, penyihir jahat yang menyihirnya tidak terima, lalu menyihirnya menjadi ular besar dengan kalung genta di lehernya. Ular tersebut, yang dikenal sebagai Baru Klinting, diyakini membawa keberuntungan bagi nelayan.
Telaga Rawa Pening kini menjadi objek wisata populer di Jawa Tengah, terletak di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa.
10. Keong Mas
Keong Emas bercerita tentang seorang adik perempuan yang merasa cemburu karena kakaknya akan bertunangan dengan seorang pangeran tampan. Adik tersebut menyebarkan fitnah tentang kakaknya hingga kakaknya diusir dari istana. Adiknya kemudian meminta seorang penyihir untuk mengubah kakaknya menjadi keong emas sampai ia bertemu dengan sang pangeran.
Suatu hari, keong emas tersebut diambil oleh seorang wanita tua dan dirawat dengan baik. Akhirnya, si Keong Mas bertemu dengan sang pangeran setelah melewati berbagai rintangan. Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa setiap tindakan jahat akan mendapat balasan di kemudian hari.
11. Bawang Putih dan Bawang Merah
Bawang merah memiliki sifat jahat seperti ibunya, sedangkan bawang putih memiliki sifat yang baik dan ramah.
Suatu hari, bawang merah dan ibunya menyuruh bawang putih mencuci pakaian di sungai. Tiba-tiba, baju kesukaan ibunya yang berwarna merah terbawa arus sungai. Bawang putih panik dan mengejar baju tersebut, namun akhirnya putus asa. Selama perjalanannya, bawang putih menemukan sebuah rumah tua dan membantunya. Setelah tiga hari membantu nenek itu, bawang putih diberi hadiah berupa buah, yang ternyata berisi perhiasan. Kemudian, bawang putih membawa hadiah itu pulang.
Saat kembali ke rumah, bawang merah dan ibunya merasa iri dengan keberuntungan bawang putih. Mereka kemudian mengikuti apa yang dilakukan bawang putih, tetapi dengan niat yang tidak ikhlas. Setelah meminta hadiah, mereka membawa pulang hadiah tersebut. Namun, setelah dibelah, isinya
Baca artikel detikjateng, "11 Cerita Rakyat Pendek dari Berbagai Daerah di Pulau Jawa" selengkapnya https://www.detik.com/jateng/budaya/d-7477985/11-cerita-rakyat-pendek-dari-berbagai-daerah-di-pulau-jawa.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
888888888
mmmmmmmmm
ooooooooo
nnnnnnnnn
ttttttttt
uuuuuuuuu
eeeeeeeee
sssssssss
wwwwwwwww
hhhhhhhhh
rrrrrrrrr
fffffffff
iiiiiiiii
ddddddddd
aaaaaaaaa
yyyyyyyyy
888
mmm
ooo
nnn
ttt
uuu
eee
sss
www
hhh
rrr
fff
iii
888
mmm
ooo
nnn
ttt
uuu
eee
sss
www
hhh
rrr
fff
iii
ddd
aaa
yyy
month
88
88
day
88888
88888
GMT
88
88
hour
:
88
88
minute
:
88
88
second
am
pm